Berawal dari tulisan di blog milik seorang kawan yang bercerita tentang putri yang tidak bisa 'buang air kecil', saya jadi teringat kisah senada yang pernah saya alami beberapa tahun lalu tentang putri yang lain. Tepatnya tahun 2008 ketika saya masih cukup aktif terlibat dalam kegiatan jurnalistik di salah satu media online, seorang PR dari sebuah hotel ternama menelpon dan mengundang saya hadir pada jamuan makan siang bersama sang putri.
Saya pikir, baiklah sekedar makan siang dan berbincang biasa. Kebetulan gelaran putri-putrian yang satu ini merupakan tayangan wajib saya ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Slogan yang selalu diusung dan digembor-gemborkan oleh ajang putri-putrian yang satu ini pun cukup menarik pada masanya, Beauty Brain and Behaviour. Jujur saja saya sempat ngfans sekali dan berharap bisa menjadi salah satu finalisnya (beruntung kaki saya kurang jenjang sehingga saya tak pernah bisa melampaui lomba putri-putrian dimanapun, hihihi :p).
Rasa penasaran masa kecil saya pun terbayar. Saya bertemu langsung dengan putri yang kali ini saya akui tidak terlalu cantik dibandingkan beberapa putri sebelumnya. Tapi karena masih terbius slogan 3B itu saya masih memiliki harapan bahwa putri ini memang memiliki Brain dan Behaviour yang layak. Kalau dilihat dari gerak tubuhnya memang putri ini terlihat sangat anggun dan tertata. Ketika sesi pemotretan pun dia tahu betul bagaimana harus menampilkan sisi terbaiknya. Setiap kata dan gerak tubuh si putri pun tampak hasil didikan dari sekolah kepribadian (meskipun bagi saya putri ini jadi terlihat palsu).
Sampailah kami semua pada sesi tanya jawab. Satu persatu rekan wartawan mengajukan sejumlah pertanyaan pada sang putri. Tentang bagaimana perasaannya menjadi sang putri tahun ini, kegiatannya sehari-hari, pendapatnya tentang pariwisata Indonesia, program kerja, visi dan misi selama menjadi putri, tujuannya ke Jogja, serta makanan dan tempat wisata favorit di Jogja. Satu per satu pertanyaan pun mulai dijawab. Tampak sang putri dengan susah payah menata bahasa tuturnya supaya terlihat pintar dan berpendidikan (meski tetap tampak belepotan, karena dia berbicara seperti seseorang yang harus menghapal sejumlah naskah).
Hingga akhirnya saatnya ia menjawab tempat wisata di Jogja. "Dimanakah tempat wisata favorit anda di Jogja? Sangat lantang si putri langsung menyebut Borobudur, yang membuat saya mendadak ingin mengajaknya ke toko buku atau perpustakaan. Borobudur itu di Jawa Tengah mba... bukan DIY! Halooo, jaman SD dulu IPS-nya dapet berapa yah? Baiklah tragedi Borobudur itu langsung membuat saya malas.. tapi ternyata belum cukup sampai disitu.
Menyadari bahwa duta produknya mengalami salah sebut, PR yayasan yang bersangkutan segera membenahi hal itu. Kebetulan beliau duduk persis di samping kiri saya dan berhadap-hadapan dengan sang putri dalam satu meja. "Biasanya suka ke Tamansari ya put. Iya kan? Tamansari...." ujarnya memberi kode. Kode yang setelah beberapa detik segera direspon oleh sang putri. "Oh iya, apa? Tamansari. Seperti disini Tamansari menawarkan perawatan yang tradisional dan bebas bahan-bahan kimia, jadi aman dan berkhasiat. Saya suka sekali ke Tamansari, setiap ke Jogja saya pasti menyempatkan diri mampir dan mencoba perawatan tradisionalnya. Membuat badan segar dan bersemangat kembali," cerocos sang putri lancar. Saya pun cuma bisa mangap mendengar jawaban sang putri. Dia salah tangkap saudara, tentu saja yang dimaksud oleh PR yayasan itu adalah Tamansari Water Castle alias tempat pemandian selir raja Jogja di daerah pasar burung Ngasem. Tapi sang putri justru menjelaskan tempat spa dan sauna hotel bersangkutan yang kebetulan memiliki nama yang sama.
Suasana setelah tragedi Borobudur dan Tamansari jelas bukan situasi yang kondusif. Rekan-rekan wartawan mulai kasak-kusuk sendiri, saling meyakinkan bahwa telinga mereka tidak salah dengar kok. Memang Tamansari, sayang beda lokasi dan fungsi. Sementara PR yayasan tersebut meski tetap berusaha tampak tenang namun air mukanya menggambarkan betapa panik dirinya. Raut mukanya menjadi lebih pucat menahan malu dan ia tampak memikirkan strategi untuk mengatasi kekacauan tersebut. Sang putri sendiri tidak terlihat begitu bersalah. Tidak menyadari bahwa ia telah membuat kesalahan besar di awal karirnya. (Atau mungkin memang hal seperti ini sudah sering terjadi ya.. jadi tak perlu merasa lebih malu lagi. hehe..)
2 comments:
pantas aja nggak menang di miss universe, masuk 15 besar saja nggak... :P bubarin aja deh tuh ajang putri2an,, artis nambah banyak nih,, belum lagi band-band baru,,
hahaha.. iyah tuh memang.. ccck...cck..cck.. sekali lah pokoknya.. tapi aku kangen nih ketemu orang2 kaya gini.. hahaha.. bisa buat bahan tulisan. hihihi.. :p
Post a Comment